Jumat, 25 November 2011

artikel hindu


USIA RAS MANUSIA DIBUMI MENURUT PURANA
Oleh : Damar Shashangka.

Aum Avighnamastu Namah Siddham.

Naasadaasiinn sadasiittadaanim,
naasiid raajo no vyomaa paro yat,
kim avariivah kuha kasya sarma,
nnambhah kimasiid gahanam gabhiiram.

Na mrtyuraasiid amrtam na tarhi,
na ritlya ahnagsit praketap,
anid avaatam svadhayaa tadekam,
tasmaaddhaanyaana parah kimca.
(Rig Veda : 10 : 129 : 1-2)


“Pada saat itu tidak ada yang nyata, (hanya) ketidaknyataan. Tidak ada udara, tidak ada langit. Apakah yang melingkupi dan dimanakan itu? Adakah perlindungan disana? Adalah air yang sangat dalam dan tidak terbatas (yang ada disana).”
“Kematian belum ada disana, demikian pula kehidupan. Tiada tanda-tanda adanya siang dan malam. KEBERADAAN TUNGGAL hidup tanpa nafas. DIA menjadikan diri-Nya sendiri. Sebagian dari diri-Nya tidaklah diketahui apa sebenarnya.”
(Rig Veda : 10 : 129 : 1-2)



Ko addha vedo ka iha pra vocat,
kuta ajata kuta iyam visrstihi,
arvag deva asya visarjannatha,
ko veda yatha abhuva.
(Rig Veda: 10 : 129 : 6)


“Siapakah yang benar-benar tahu? Siapakah yang dapat menjelaskan, darimanakah dirinya dan seluruh ciptaan ini berasal? Sesungguhnya, Para Deva-pun tercipta belakangan setelah alam semesta ini. Siapakah yang mengetahui asal dari seluruh ciptaan ini?”.
(Rig Veda: 10 : 129 : 6)


Terdapat empat pembagian jaman ( Yuga ) dalam Kitab-kitab Purana ( Kitab suci sesudah Veda ), yaitu :

1.Krita Yuga ( Era Emas )
2.Treta Yuga ( Era Perak )
3.Dvapara Yuga ( Era Perunggu )
4.Kali Yuga ( Era Besi )


Dinyatakan, total waktu berjalannya keempat jaman ini adalah 12.000 (Dua belas ribu tahun) Para Deva. Dan satu hari satu malam dari Para Deva dinyatakan sama dengan satu tahun manusia ( enam bulan waktu matahari diutara / Uttarayana, dinyatakan sebagai siang hari bagi Para Deva dan enam bulan waku matahari diselatan/ Daksinayana, dinyatakan sebagai malam hari bagi Para Deva)

Bila diperkirakan, maka 12.000 tahun para Deva sama dengan 4.320.000 ( Empat Juta Tigaratus Duapuluh ribu ) tahun manusia memakai perhitungan Solar system.

Maka, masing-masing jaman lama waktunya bisa diperkirakan sebagai berikut:
1.Krita Yuga, berlangsung selama 1.440.000 tahun Matahari
Sangdhyamsa ( masa peralihan selama 144.000 tahun Matahari
Sangdhyamsa ( masa peralihan ) selama 108.000 tahun Matahari

2.Treta Yuga, berlangsung selama 1.080.000 tahun Matahari.
Sangdhyamsa ( masa peralihan ) selama 108.000 tahun Matahari
Sangdhyamsa ( masa peralihan ) selama 72.000 tahun Matahari.

3.Dvapara Yuga berlangsung selama 720.000 tahun Matahari.
Sangdhyamsa ( masa peralihan ) selama 72.000 tahun Matahari
Sangdhyamsa ( masa peralihan ) selama 36.000 tahun Matahari

4.Kali Yuga berlangsung selama 360.000 tahun Matahari.
Sangdhyamsa ( masa peralihan ) selama 36.000 tahun Matahari
Sangdhyamsa ( masa peralihan ) selama 144.000 tahun Matahari

( Kembali ke Krita Yuga).
Setiap berjalan empat Yuga ini dan kembali ke Yuga awal ( Dari Kali Yoga ke Krita Yuga), adalah satu perputaran sebuah siklus, dinamakan MAHAYUGA.
Total waktu yang dibutuhkan dalam 1 (Satu) MAHAYUGA adalah : 4.320.000 tahun Matahari.
Siklus perputaran MAHAYUGA sampai 71 (Tujuhpuluh satu) kali, dinamakan MANVATARA.
Total waktu yang dibutuhkan dalam 1 (Satu) MANVATARA adalah : ( 4.320.000 x 71 ) 306.720.000 tahun Matahari.
Dalam setiap MANVATARA akan tejadi 'Peleburan Kecil' atau Kiamat kecil. Dan akan turun kemudian seorang MANU ( Nenek Moyang Ras Manusia ) yang akan melahirkan bentuk ras manusia baru yang lebih sempurna, yang lebih sesuai untuk 'wadah' bagi Atma (Ruh) yang telah maju tingkat evolusinya.
Kita, manusia modern adalah keturunan MANU ke Tujuh. Sudah turun enam MANU sebelum MANU ke Tujuh nenek moyang kita. Selanjutnya, akan turun tujuh MANU lagi, sebelum kemudian terjadi PRALAYA (KIAMAT SEMESTA).
Total jumlah MANU yang turun adalah 14 ( Empat Belas ) orang. Setiap MANU melahirkan bentuk ras manusia yang berbeda-beda. Melalui proses evolusi, pelan namun pasti, bentuk fisik manusia akan semakin sempurna, mengikuti proses evolusi Atma ( Ruh) mereka. ( Charless Darwin telah menemukan kebenaran ini, yang banyak disangkal oleh para penganut Kitab dari Timur Tengah yang tidak mengerti teori evolusi, naif kan? : Damar Shashangka )
MANU (Bandingkan dengan kosa kata Inggris MAN ), dalam bahasa sanskerta berarti Makhluk yang terselimuti oleh MANAH (Pikiran liar/Mind). Keturunan MANU disebut Manusha. Perpaduan dua suku kata MANAH dan ISHA. MANAH adalah belenggu yang dihasilkan oleh Prakrti dan ISHA adalah DIA YANG TAK TERBAYANGKAN. Apabila ISHA terselimuti MANAH, lahirlah MANUSHA. Apabila ISHA bebas dari MANAH, maka............????

Ada 14 MANVATARA, dan disetiap awal MANVATARA, turunlah seorang MANU. Satu MANVATARA memakan waktu 306.720.000 tahun Matahari. Total waktu yang dibutuhkan turunnya 14 MANU adalah ( 306.720.000 x 14 ) 4.294.080.000 ( Empat milyar Duaratus Sembilan puluh Empat juta Delapan puluh ribu ) tahun Matahari. ( Wah....!)

Mulai PRABHAVA ( Penciptaan Semesta ) hingga PRALAYA (Kiamat Semesta), satu siklus ini dinamakan KALPA. Dinyatakan, ada Tujuh belas KALPA sebelum KALPA kita sekarang ini ( maka total sudah ada 18 KALPA ). KALPA ke Tujuh belas dinamakan PADMA KALPA. Dan KALPA kita sekarang disebut VARAHA KALPA.

Nama-Nama MANU yang tercantum didalam Kitab-Kitab Purana pada KALPA sekarang (VARAHA KALPA) adalah :
1.Svayambhuva Manu ( Manu I )
2.Svarocisa Manu ( Manu II )
3.Uttama Manu ( Manu III )
4.Tamasa Manu ( Manu IV )
5.Raivata Manu ( Manu V )
6.Caksusha Manu ( Manu VI )
7.VAIVASVATA MANU ( Manu VII - Nenek Moyang kita).
8.Savarnni Manu ( Manu VIII – Belum turun )
9.Dakshasavarnni Manu ( Manu IX - Belum turun )
10.Brahmasavarnni Manu ( Manu ke X - Belum turun )
11.Dharmasavarnni Manu ( Manu ke XI - Belum turun )
12.Savarnna Manu ( Manu ke XII - Belum turun )
13.Rouchaya Manu ( Manu ke XIII - Belum turun )
14.Bhoutya Manu ( Manu ke XIV - Belum turun )


(Perlu diketahui Svayambhuva Manu sesungguhnya sama dengan ADAM. Sedangkan Vaivasvata Manu sesungguhnya sama dengan NUH. : Damar Shashangka)

Setelah turun MANU ke Empat belas, akan terjadi PRALAYA (Kiamat Semesta). Seluruh evolusi untuk sementara terhenti sejenak. Semua dalam kondisi vacum total. Jangka waktu ke-vacum-an ini sama dengan waktu yang dibutuhkan saat semesta mewujud. ( 4.294.080.000 tahun Matahari).

Selanjutnya, semesta akan tercipta lagi. KALPA baru akan terbentuk. Evolusi seluruh Atma yang sempat 'beristirahat' panjang, akan dimulai lagi. Entah, bagaimana wujud dan bentuk dunia yang baru itu kelak.....

Manusia modern adalah keturunan Vaivasvata Manu ( Manu VII ). Semenjak beliau turun, telah lewat 28 perputaran MAHAYUGA ( Total MAHAYUGA adalah 71 kali ).

Dan semenjak Shrii Krishna wafat ( 3102 Sebelum Masehi), jaman Dvapara Yuga ke dua puluh delapan telah berakhir. Sejak saat itu, jaman telah memasuki peralihan ke Kali Yuga. Angka tahun ini, adalah angka tahun dimana Prabhu Parikhsit dinobatkan menjadi Raja menggantikan Prabhu Yudhisthira ( Sulung dari Para Pandhava) yang enggan meneruskan tampuk pemerintahan setelah mendengar Shrii Krishna wafat. Para Pandhava kemudian memutuskan menuju ke Himalaya untuk memulai kehidupan sebagai seorang pertapa.

Prabhu Parikshit dinobatkan sebagai Raja tepat pada 18 Pebruari 3102 Sebelum Masehi. Data ini didapat dari sebuah prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Puleskin yang kala itu ikut menghadiri penobatan.

Semenjak penobatan Prabhu Parikshit inilah, habis masa Dvapara Yuga. Dan jaman telah bergulir memasuki masa peralihan ke Kali Yuga.

Dari angka tahun 3102 SM ini, bisa dijadikan patokan untuk menghitung mundur atau maju usia munculnya ras manusia di bumi.

Sudah disebutkan diatas, manusia modern hidup diera peralihan Dvapara Yuga ke 28 menuju Kali Yuga ke 28. Bila kita hitung mundur, untuk memperoleh angka pasti kapan Vaivasvata Manu (Manu VII ) turun ke bumi, maka dimulai dengan menghitung 1 MAHAYUGA (4.320.000 tahun Matahari) dikalikan 27 ( Jumlah MAHAYUGA yang telah berlalu), maka akan diperoleh angka 116.640.000 ( Seratus Enam belas juta Enam ratus Empat puluh ribu ) tahun Matahari. Lantas di jumlahkan dengan Krita Yuga ( + Sangdhymsha ke 28 ), 116.640.000 + 1.440.000 + 144.000 + 108.000, maka akan diperoleh angka 118.332.000. Dijumlahkan lagi dengan Treta Yuga (+Sangdhyamsa ke 28), 118.332.000 + 1.080.000 + 108.000 + 72.000, maka akan diperoleh angka 119.592.000. Lantas ditambahkan Dvapara Yuga ke 28 ( tanpa Sangdhyamsha ), 119.592.000 + 720.000, akan diperoleh angka 120.312.000.

Dari angka terakhir, diperoleh usia Vaivasvata Manu ( Manu ke VII ) turun hingga penobatan Prabhu Parikshit menjadi Raja ( 3102 SM).

Apabila ditarik maju, catatan ini saya buat pada tahun 2009 Masehi, maka 120.312.000 + 3102 + 2009, akan diperoleh angka 120.317.111 ( Seratus Dua puluh juta Tiga ratus Tujuh belas ribu Seratus Sebelas) tahun Matahari. Jadi Vaivasvata Manu turun ke bumi 120.317.111 tahun yang lalu. ( Wow..).

Coba kita tarik mundur lagi.

Sebelum Vaivasvata Manu, telah turun Enam MANU yang lain. Setiap MANU, memakan total waktu 306.720.000 tahun Matahari. Dikalikan enam, maka akan diperoleh angka 1.840.320.000 ( Satu Milyar Delapan puluh Empat juta Tiga ratus Dua puluh ribu ) tahun Matahari. Dijumlahkan dengan 120.317.111 maka akan diperoleh angka :
1.960.637.111 ( Satu Milyar Sembilan ratus Enam puluh juta Enam ratus Tiga puluh Tujuh ribu Seratus sebelas) tahun Matahari.
Jadi, Svayambhuva Manu ( Manu I ) turun menghuni bumi, sudah 1.960.637.111 tahun yang lalu.

Menurut data sains modern, bumi telah berusia 4,5 Milyar tahun, dan Matahari sekitar 500 juta tahun lebih tua tercipta daripada bumi.

Menurut data kitab-kitab Purana, bumi telah dihuni ras manusia super purba kurang lebih 2 Milyar tahun yang lalu. Dari sini ada sedikit kesesuaian antara Purana dengan sains modern. Dan teori yang mengatakan bahwa Nabi Adam turun ke bumi baru 5000 tahun yang lalu, terpatahkan sudah !

(24 Oktober 2009)
Sumber :

- Rig Veda
- Bhagavata Purana
- Garuddha Purana
- Vishnu Purana
- Brahmaa Purana
- Kuurma Purana
- Agni Purana




artikel hindu reingkarnasi


Kehidupan Setelah Kematian
Kemanakah kita pergi setelah kematian?

Ringkasan

Begitu banyak penelitian dan catatan tentang pembuktian pengalaman hidup masa lampau, dengan jelas mempengaruhi kehidupan setelah kematian. Pada semua kasus2 tentang reinkarnasi, ditemukan bahwa ada bermacam2 rentang waktu dari saat kematian seseorang sampai reinkarnasi selanjutnya di bumi. Jadi, kemanakah kita pergi setelah kematian sampai reinkarnasi kita ke bumi lagi? Apakah ada satu tempat ataukah banyak tempat untuk keberadaanya? Jika begitu, faktor2 apakah yang menentukan kemana kita setelah kematian? Dalam artikel ini, kami akan memberikan jawaban atas pertanyaan2 ini dan topik lain menyangkut pembahasan ini. Jawaban2 ini diperloleh melalui penelitian spiritual yang dilakukan oleh pencari2 dari Spiritual Science Research Foundation (SSRF) dengan indera keenam yang sudah berkembang baik.

Catatan: Untuk mengerti artikel ini lebih baik, dianjurkan anda membaca artikel lain tentang tiga komponen dasar halus sattva, raja dan tama.

Daftar Isi

1. Apakah yang terjadi setelah kematian?
2. Bermacam2 dunia kehidupan di alam semesta
3. Karakteristik dari tujuh dunia positif di alam semesta
3.1. Dunia positif dan reinkarnasi di Bumi
3.2. Pentingnya dunia kehidupan di Bumi
4. Apakah neraka, siapa yang ke neraka dan bagaimana karakteristik dari bermacam2 dunia Neraka?
5. Perpindahan diantara dunia2 halus di alam semesta
6. Apa yang menentukan kemana kita pergi setelah kematian?
6.1. Pentingnya keadaan mental disaat kematian
6.2. Siapa yang pergi ke Neraka?
7. Bunuh diri dan kehidupan setelah kematiannya
8. Kenapa ada rentang waktu diantara dua reinkarnasi?
9. Kesimpulan




1. Apakah yang terjadi setelah kematian?

Penelitian spiritual telah menunjukan bahwa manusia terdiri dari 4 tubuh dasar:

- Fisik
- Mental
- Kasual atau Intelektual
- Supra-kasual atau Ego halus

Gambar berikut adalah representasi tentang apa yang membentuk tubuh manusia.
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs420.snc3/25273_1388390542463_1013047348_1183463_8345704_n.jpg

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs440.snc3/25273_1388390902472_1013047348_1183464_4950227_n.jpg


Ketika seseorang meninggal dunia, tubuh fisiknya akan berhenti eksis. Bagaimanapun, sisa dari eksistensinya atau kesadarannya akan terus berlanjut. Seluruh eksistensi dikurangi tubuh fisik dikenal dengan badan halus (linga deha) dan ini terdiri dari mental, kasual (intelek) dan supra-kasual (ego halus). Badan halus ini lalu pergi ke salah satu dari 13 dunia halus kehidupan diluar Bumi.




2. 14 dunia kehidupan di alam semesta.

Ada 14 dunia kehidupan utama di alam semesta. Tujuh dunia positif dan tujuh dunia negatif. Tujuh dunia negatif disebut Neraka (paataal). Ada banyak sub-dunia didalam dunia kehidupan utama ini.

Tujuh dunia kehidupan positif: Dunia2 kehidupan ini dihuni biasanya oleh manusia2 dan badan2 halus yang melakukan perbuatan2 baik dan melakukan latihan spiritual menurut jalan positif dari praktek spiritual yang dikenal dengan tujuh dunia positif kehidupan atau saptaloka. Melalui jalan positif, dimaksudkan adalah orientasi dari latihan spiritual adalah menuju kesadaran Tuhan, yang merupakan tujuan akhir perkembangan spiritual.
Bumi adalah satu2nya dunia fisik di alam semesta dan juga dunia pertama didalam hirarki dunia2 kehidupan positif di alam semesta.

Tujuh dunia kehidupan negatif : Dunia2 kehidupan ini dihuni kebanyakan oleh badan2 halus yang telah melakukan kejahatan dan melakukan latihan spiritual melalui jalan negatif. Jalan negatif dimaksudkan orientasi latihan spiritualnya untuk mencapai kekuatan/kesaktian spiritual, misalnya kekuatan supernatural. Kekuatan spiritual ini pada dasarnya digunakan untuk menguasai orang lain atau untuk tujuan2 negatif. Maka semua badan2 halus tersebut pergi ke salah satu dunia kehidupan Neraka, oleh pengaruh kejahatannya mereka menjadi hantu2.

Sub-dunia kehidupan Neraka disebut Narak: Setiap dunia kehidupan Neraka (Paataal) mempunyai sub-dunia dikenal dengan Narak. Contoh, dunia pertama dari Neraka mempunyai didalamnya sub-dunia yang dikenal dengan Narak pertama. Narak disediakan untuk hantu2 jahat (roh jahat, iblis, energi negatif, dll) di Neraka. Hantu2 jahat (roh jahat, iblis, energi negatif, dll) menghuni Narak pertama akan menghadapi siksaan lebih keras dan lebih lama dari yang menghuni dunia pertama Neraka.

Diagram dibawah menunjukan 14 dunia kehidupan di alam semesta.
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs460.ash1/25273_1388391302482_1013047348_1183465_2325397_n.jpg
Penjelasan dalam penggunaan warna2

- Bumi digambarkan warna merah menunjukan aksi (misalnya komponen sifat dasar raja), sebagai satu2nya dunia dimana kita memiliki tubuh fisik untuk melakukan sesuatu.
- Sorga digambarkan warna pink, menunjukan kebahagiaan yang melimpah.
- Kuning menunjukan pengetahuan spiritual dan peningkatan komponen sifat dasar sattva. Yang akhirnya menjadi hampir putih di puncak tertinggi, yang menunjukan mendekati prinsip Tuhan.
- Daerah2 Neraka diwarnai dengan bayangan lebih gelap sampai hitam, menunjukan peningkatan komponen sifat dasar tama.

3. Sorga dan dunia positif yang lain di alam semesta
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs460.ash1/25273_1388391782494_1013047348_1183466_4789205_n.jpg

Keterangan (berdasarkan angkat merah pada gambar diatas)
1. Masing2 dunia positif dan negatif diluar Bumi (dunia fisik) semakin keluar semakin halus. Halus maksudnya adalah diluar pemahaman lima indera, pikiran dan intelek. Satyaloka adalah yang paling halus, maksudnya paling sulit di mengerti dan dipahami kecuali dengan indera ke enam tingkat tertinggi.

2. Disebabkan oleh kurangnya latihan spiritual, kebanyakan orang pada jaman sekarang hanya bisa mencapai ke apakah dunia Nether atau salah satu dunia Neraka. Umumnya kita pergi ke dunia Nether setelah kematian bila proporsi kejahatan (terjadi karena melakukan kesalahan2 di Bumi) kira2 30%. Kejahatan2 tersebut termasuk kebencian terhadap sesama dan juga keinginan yang terlalu banyak. Yang seperti ini bisa dipastikan akan diserang di dunia Nether oleh hantu2 dengan tingkat spiritual yang lebih tinggi yang berasal dari dunia Neraka yang lebih rendah.

3. Bumi adalah satu2nya dunia kehidupan dimana dihuni oleh gabungan dari orang2 dengan bermacam2 tingkat spiritual. Bagaimanapun, setelah kematian kita pergi ke dunia yang sesuai dengan tingkat spiritual kita.

4. Minimal tingkat spiritual diperlukan untuk mencapai Sorga setelah kematian adalah 60%. Silahkan lihat artikle, yang menjelaskan tentang tingkat spiritual dan uraian dari penduduk dunia tahun 2006 terhadap tingkat spiritual. Pada dasarnya dari perspektif ilmu spiritual, tingkah laku yang baik untuk mencapai Sorga atau dunia positif yang lebih tinggi adalah tingkah laku yang dilakukan untuk tujuan kesadaran-Tuhan. Berikut tiga kriteria:

- Tingkah laku tanpa keakuan, misalnya dengan pandangan bahwa hanya Tuhan sendirilah yang melakukan segala sesuatu melalui saya dan akhirnya saya tidak bisa menuntut imbalan.
- Tingkah laku tanpa pengharapan pengakuan, pujian atau penghormatan.
- Tingkah laku tanpa mengharapkan hasil.

Tingkah laku dalam dirinya, sikap dan cara pikir atau pandangan dihitung lebih dari pada tingkah laku itu sendiri.

5. Untuk mencapai dunia yang lebih tinggi dari Sorga, seorang harus memiliki tingkat spiritual lebih dari 80%. Ini hanya bisa dicapai lewat latihan spiritual secara konsisten mengikuti enam hukum dasar latihan spiritual dengan program pengurangan ego.

6. Dominasi tubuh, maksudnya adalah bagian tubuh yang paling aktif, misalnya mental, intelek atau ego halus. Contoh, di dunia Nether (Bhuvaloka), badan halus masih memiliki banyak keinginan2 dan ikatan2. Selanjutnya, sangat sering mereka menjadi hantu yang mencoba untuk memenuhi keinginan2 tersebut. Ini membuat mereka terbuka bagi hantu spiritual lebih tinggi yang berasal dari dunia Neraka yang lebih rendah, untuk mengambil keuntungan dalam memenuhi keinginan2nya untuk menguasai manusia di Bumi.

7. Di dunia Nether, kita mengalami beberapa kebahagian. Tapi, penderitaan kerasa lebih kuat dibandingkan penderitaan yang dialami di Bumi.

8. Di Sorga, badan halus mengalami berlimpahnya kebahagiaan. Kebahagiaan ini jauh diatas kebahagiaan yang dialami di Bumi baik kuantitas, kualitas dan durasi. Seperti kita naik ke dunia positif diatasnya, juga meningkatnya kualitas kebahagiaan dan senajub berkurangnya penderitaan.

9. Kebahagiaan Sattvik artinya kebahagiaan yang didapat dari membantu sesama tanpa harapan imbalan. Ketika ego terlibat dalam tingkah laku, akan menjadi Raajasik.

10. Kedamaian adalah pengalaman yang lebih tinggi dari kebahagiaan (bliss)
.
3.1 Dunia positif dan reinkarnasi di Bumi

Dunia2 dibawah Mahaaloka, mereka perlu untuk reinkarnasi lagi ke Bumi untuk menyelesaikan takdir dan membayar hutang2 beri dan ambil.

Jika seseorang mencapai Mahaaloka dan Janaloka setelah kematian, itu berarti tingkat spiritualnya telah berada diatas 80%. Disini dia tidak perlu lagi reinkarnasi karena sisa2 hutang takdirnya bisa diselesaikan di dunianya tersebut, tapi dia boleh reinkarnasi atas kehendaknya sendiri. Reinkarnasinya didasari untuk melakukan tuntunan spiritual kepada manusia di Bumi.

Jika seseorang mencapai Tapaloka atau Satyaloka setelah kematian, dia tidak akan terlahir lagi, dan akan meneruskan spiritualnya di dunianya tersebut sampai akhirnya menyatu dengan Tuhan.

3.2 Pentingnya dunia kehidupan Bumi

Dunia Bumi adalah sangat penting. Satu2nya dunia dimana kita bisa mengembangkan spiritual dengan sangat cepat dan membayar hutang2 beri dan ambil kita dalam waktu yang singkat. Alasan utama dari itu semua adalah dengan bantuan tubuh fisik, kita dapat melakukan banyak hal untuk meningkatkan perkembangan tingkat spiritual kita dan mengurangi komponen sifat dasar tama.

Diluar Bumi, pengembangan spiritual kebanyakan terjadi hanya di dunia diatas Sorga seperti Mahaaloka dst. Ini karena di Sorga, badan halus sangat beresiko terjebak dalam kenikmatan tiada akhir yang tersedia. Di dunia Nether dan Neraka, hukuman yang sangat keras dan siksaan oleh hantu2 lain yang tingkatnya lebih tinggi akan membuat sangat sulit untuk naik ke dunia diatasnya, dalam penderitaan yang keras sangat sulit untuk melakukan latihan spiritual dengan baik.

4. Apakah Neraka, siapa saja yang ke Neraka, dan seperti apa Neraka itu?
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs460.ash1/25273_1388393782544_1013047348_1183467_4187771_n.jpg



- Jika seseorang pergi ke dunia Neraka, komponen sifat dasar sattva akan semakin berkurang, keadaan akan semakin tidak kondusif untuk mendapatkan kebahagiaan.

- Didalam dunia Neraka, ada hantu2 yang melakukan latihan spiritual dengan cara tertentu untuk mendapatkan kekuatan spiritual. Hantu tertinggi dalam hirarki ini adalah Sorcerer dari dunia terbawah atau dunia ketujuh dari Neraka. mereka memiliki kekuatan spiritual hampir sama dengan orang suci dengan 90% tingkat spiritual. Mereka menguasai semua jenis hantu2 lain yang berkekuatan spiritual lebih rendah.

- Orang yang pergi ke Neraka dari tingkat satu sampai ke tujuh, tingkat kebahagiaan dialami oleh badan halus kita semakin berkurang, dan tingkat penderitaan akan semakin bertambah. Pengalaman kebahagiaan yang sedikit itu disebabkan oleh keterpikatan kenangan tentang kejadian2 positif di masa lalu, misalnya kenangan tentang kekayaan dimasa lalu dll. Pengalaman penderitaan disebabkan oleh kenangan2 tentang sakit fisik dan kejadian2 menyakitkan, kenangan tentang keinginan2 yang berlum terpenuhi seperti pendidikan, rumah, karir, pengharapan punya anak di masa lampau, dll.

- Tingkat hukuman/siksaan akan berlangsung lama di dunia Neraka (Paataal) dan sub-dunianya Narak, semakin meningkat dengan meningkatnya tingkatan dunia Neraka terserbut. Juga, masa hukuman akan lama di setiap Narak melebihi dibandingkan di dunia neraka itu sendiri. Misalnya jika hukuman di Neraka tingkat pertama adalah 100%, lalu hukuman di sub-dunia Narak pertama adalah 150 %.




Tabel berikut adalah penjelasan contoh2 rata2 intensitas tingkat kebahagiaan dan penderitaan yang kita alami di berbagai macam tingkat Neraka.
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs440.snc3/25273_1388394142553_1013047348_1183468_1009635_n.jpg


5. Perpindahan2 dari dunia halus kehidupan di alam semesta

Seseorang ditentukan untuk menempati dunia2 halus kehidupan berdasarkan sifat dasar alami Sattva, Raja dan Tama. Juga tingkat spiritual seseorang, badan halus dari dunia positif lebih rendah tidak bisa pergi ke dunia positif yang lebih tinggi, begitu pula dari dunia negatif pertama atau kedua tidak bisa pergi ke dunia negatif yang lebih bawah. Ini sama dengan bagaimana seseorang yang hidup di dunia tertentu sulit bernafas di dunia yang lebih tinggi, tapi orang2 yang tinggal di dunia lebih tinggi bisa pergi ke dunia yang lebih rendah.


6. Apa yang menentukan kemana kita akan pergi setelah kematian?

Pada saat kematian, tubuh fisik menjadi tidak aktif, energi vital yang digunakan untuk memfungsikan tubuh fisik terlepas dan menyatu dengan semesta. Energi vital ini pada saat kematian mendorong badan halus untuk meninggalkan Bumi. Seperti bobot dari proyektil menentukan seberapa jauh roket bisa terdorong, sama dengan bobot dari badan halus menentukan dunia mana yang cocok setelah kematian.

Bobot dari badan halus pada dasarnya adalah fungsi dari jumlah komponen sifat dasar Tama di kehidupan ini.
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs460.ash1/25273_1388394822570_1013047348_1183470_813523_n.jpg
Tiga komponen sifat dasar: Kita semua dibentuk dari tiga komponen sifat dasar atau guna. Komponen ini adalah keadaan spiritual dan tidak bisa dilihat tapi dia menentukan kepribadian kita. Sbb:

- Sattva: Kesucian dan pengetahuan
- Raja: Aksi dan keinginan
- Tama: Kebodohan dan kelambanan. Rata2 manusia jaman sekarang, komponen sifat dasar Tamanya melebihi 50%.

Semakin banyak kita berisi komponen Raja dan Tama, karakter kita semakin menunjukan bahwa bertambahnya "bobot" dan akan mengakibatkan ke dunia yang mana kita pergi setelah kematian:

- Lebih terikat kepada duniawi dan keakuan

- Bertambahnya keinginan yang tidak tercapi

- Perasaan balas dendam

- Meningkatnya jumlah kejahatan atau perbuatan salah

- Meningkatnya cacat kepribadian seperti kemarahan, kerakusan, ketakutan dll

- Meningkatnya jumlah keegoan: Dengan ego berarti bagaimana seseorang melihat dirinya sebagai tubuh fisik, pikiran dan intelek bukan sebaliknya ke jiwa didalam diri

- Menghasilkan tingkat spiritual rendah

Untuk mengurangi proporsi dari sifat dasar Tama dan karakter2 yang dibentuknya secara permanent hanya bisa dengan melakukan latihan spiritual menurut enam hukum dasar latihan spiritual. Pemerdayaan psikologi dengan bantuan buku2 atau mencoba untuk menjadi baik hanyalah usaha palsu dan bersifat sementara.

6.1 Pentingnya keadaan mental pada saat kematian

Keadaan mental pada saat kematian adalah sangat penting, terpisah dari apa yang telah disebutkan diatas. Keadaan mental kita secara umum berhubungan dengan proporsi dari komponen sifat dasar kita.

Jika seseorang benar2 melakukan latihan spiritual seperti chanting/memuji nama Tuhan saat menjelang kematian maka pengaruh dari keinginan, keterikatan, hantu2 dll akan bisa sedikitnya dikurangi dari pada orang dalam keadaan tidak melakukan chanting. Ini membuat badan halusnya lebih ringan. Jadi, jika dia meninggal saat chanting, dia mencapai dunia yang lebih baik daripada yang tidak melakukan chanting.

Pada saat kematian, jika seseorang sedang chanting/memuji nama Tuhan dan juga dalam keadaan berserah diri atas kehendak Tuhan, maka dia bahkan akan mendapatkan dunia yang lebih baik saat kematianya dan perjalannya akan bisa dilakukan dengan sangat cepat. Ini karena orang dalam keadaan berserah di Bumi memiliki sangat sedikit kesempatan untuk meningkatkan ego di kehidupan setelah kematiannya. Juga, seluruh tanggung jawab di kehidupan setelah kematiannya dilakukan oleh tuntunan evolusi spiritualnya (Guru).

6.2 Siapa yang pergi ke Neraka?

Berikut adalah kelakuan2 di kehidupan kita di Bumi yang menentukan kita pergi ke dunia Neraka.
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs440.snc3/25273_1388394622565_1013047348_1183469_2776943_n.jpg


Tingkat, durasi dan niat dibalik tingkah laku yang salah adalah faktor penting menentukan jatuh di Neraka setelah kematian dari pada hanya tingkah laku itu sendiri.


7. Bunuh diri dan kehidupan selanjutnya

Ada dua macam kematian dilihat dari waktunya:

Kematian yang sudah ditakdirkan: Waktu kematian ini tidak seorangpun bisa menghindari.

Kemungkinan kematian: Ini dimana seseorang bisa memungkinkan mati. Setiap orang bisa saja mengalami kemungkinan kematian ketika dia sudah dekat dengan kematian tetapi diselamatkan oleh amalnya sendiri. Dilain hal dimana seseorang mengalami krisis yang tak bisa dihindari dalam hidupnya atau kekacauan jiwa yang sangat parah, dia mungkin berpikir untuk menganggap hidupnya dalam keadaan tertekan. Hantu2 (setan, iblis, energi negatif dll) juga akan mendorong tekanan hidup itu ke arah niat bunuh diri dan bahkan lebih ditekan lagi supaya melakukan bunuh diri. Bagaimanapun, bunuh diri tetap merupakan kesengajaan ketika seseorang masuk ke dalam kemungkinan kematian yang telah ditakdirkan.

Adalah hadiah kesempatan untuk bisa hidup di Bumi adalah anugerah dan pada dasarnya diberikan kepada kita untuk mengembangkan spiritual. Dengan melakukan bunuh diri, kita menyia2kan kesempatan itu dan memilih untuk menerima hukuman Tuhan. Akibatnya adalah orang yang melakukan bunuh diri akan pergi ke Narak di Neraka tingkat ke 7 untuk jangka waktu 60.000 tahun Bumi. Ini adalah tempat dimana tidak ada cahaya, seperti sendiri dalam penjara kecil. Karena tidak ada seorangpun di Narak yang akan mengingatkan tentang latihan spiritual, badan halus di tempat ini tetap dalam kegelapan kebodohan spiritual

8. Kenapa ada rentang waktu diantara 2 reinkarnasi?

Dalam penelitian dengan teknik hipnosis untuk menelusuri kehidupan masa lalu seseorang, ditemukan bahwa rentang waktu antara 2 reinkarnasi di Bumi bisa diantara 50 sampai 400 tahun. Alasannya sebagai berikut:

- Badan halus tetap di Sorga atau Nether dalam jangka beberapa periode untuk menjalani hasil amal dan dosanya.

- Keadaan di Bumi diperlukan untuk menyelesaikan hitungan beri-ambil dari orang2 pada kelahiran sebelumnya. Ini berdasarkan hukum Karma. Reinkarnasi dari badan halus kita ditunda sampai saat orang2 yang punya hitungan beri-ambil dengan kita juga dipersiapkan untuk reinkarnasi.

- Kadang2 kemerosotan masa lalu, seseorang tidak melaporkan sebuah reinkarnasi dalam keadaan tidak sadar. Alasannya adalah bahwa sebuah reinkarnasi yang cacat atau sebentar/terlalu cepat, dan orang tersebut tidak ingat jelas.

Dalam kasus badan halus yang telah dibuang ke Neraka yang lebih dalam, rentang waktu dua reinkarnasi mungkin bisa sampai ribuan tahun. Mereka tinggal di dunia2 Neraka berturut2 sampai mereka telah habis menjalankan masa hukumannya. Dalam banyak hal, ini berarti lamanya penderitaan berada di Neraka bisa sampai alam semesta ini kiamat sekitar 400.000 tahun kemudian.

9. Kehidupan setelah kematian - Kesimpulan
Kenyataan diatas tentang bermacam2 dunia kehidupan memberikan kita pengertian tentang kemungkinan2 yang terjadi setelah kematian sehingga kita bisa mempersiapkan diri bagaimana kita menjalani hidup ini. Hanya dengan latihan spiritual atau dengan tingkah laku yang sangat2 baik, seseorang bisa pergi ke dunia kehidupan yang lebih tinggi, sehingga terhindar dari penderitaan dan hukuman dan menikmati tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Juga akan ada kesempatan yang lebih baik untuk reinkarnasi ke Bumi lagi dimana tempat yang kondusif untuk latihan spiritual. Sehingga seseorang pindah ke dunia yang lebih tinggi di Alam Semesta. Seperti kita pergi selanjutnya di jaman sekarang jaman kekacauan (Kaliyuga), dimana sedikit kemungkinan orang2 bisa pergi ke dunia yang lebih tinggi.

Sekali kita jatuh ke dunia lebih rendah seperti dunia Nether atau dunia Neraka, kita akan tinggal disana dan mengalami penderitaan yang luar biasa untuk berabad2 sampai kita lunas membayar dosa2 kita dengan terus menderita hukuman2 yang dijatuhkan disana sampai mendapatkan kesempatan untuk reinkarnasi lagi ke Bumi.
Melakukan latihan spiritual dengan giat di Bumi berdasarkan 6 hukum dasar latihan spiritual seperti berenang melawan arus di jaman sekarang. Bagaimanapun juga, ini adalah jaminan untuk mencapai dunia yang lebih tinggi setelah kematian.

kegiatan peradah dalam pembuatan pupuk orgamnik









Selasa, 22 November 2011

peradah jepara bersama kawan2


live in merbabu peradah jepara


sosialisasi PHBS Hindu jepara







Add caption
http://totokdwe.blogspot.com 

sosialisasi PHBS jepara


tempat suci hindu


Tempat Suci Hindu
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/65/Brihadeshwara_front_right.jpg/200px-Brihadeshwara_front_right.jpg Kuil Brihadeshwara dilihat dari sebelah kanan depan, dengan gaya Dravida
Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun bangunan yang dikeramatkan oleh umat Hindu atau tempat persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja Brahman beserta aspek-aspeknya. Di Tanah Hindu, banyak kuil yang didedikasikan untuk Dewa-Dewi Hindu, beserta inkarnasinya ke dunia (awatara), seperti misalnya Rama dan Kresna. Di India setiap kuil menitikberatkan pemujaannya terhadap Dewa-Dewi tertentu, termasuk memuja Bhatara Rama dan Bhatara Kresna sebagai utusan Tuhan untuk melindungi umat manusia.
Tempat suci Hindu umumnya terletak di tempat-tempat yang dikelilingi oleh alam yang asri, seperti misalnya laut, pantai, gunung, gua, hutan, dan sebagainya. Namun tidak jarang ada tempat suci Hindu yang berada di kawasan perkotaan atau di dekat pemukiman penduduk.

Istilah lain

Tempat suci Hindu memiliki banyak sekali sebutan di berbagai belahan dunia, dan nama tersebut tergantung dari bahasa yang digunakan. Umumnya berbagai nama tersebut memiliki arti yang hampir sama, yaitu merujuk kepada pengertian “Rumah pemujaan kepada Tuhan”.
Berbagai istilah tempat suci Hindu yaitu:
*       Mandir atau Mandira (bahasa Hindi – salah satu bahasa resmi India)
*       Alayam atau Kovil (bahasa Tamil)
*       Devasthana atau Gudi (Kannada)
*       Gudi , Devalayam atau Kovela (bahasa Telugu)
*       Puja pandal (bahasa Bengali)
*       Kshetram atau Ambalam (Malayalam)
*       Pura atau Candi (Indonesia: Bali, Jawa, dll.)
Terdapat juga berbagai nama lain seperti Devalaya, Devasthan, Deval atau Deul, dan lain-lain, yang berarti “Rumah para Dewa”. Biara Hindu sering disebut Matha, dimana para pendeta dididik dan guru spiritual tinggal. Kebanyakan tempat-tempat tersebut merupakan rumah kuil.

Struktur dan arsitektur

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/25/Besakih02.jpg/200px-Besakih02.jpg Pura Besakih, kuil Hindu terbesar di pulau Bali
Bangunan suci Hindu umumnya menyerupai replika sebuah gunung, karena menurut filsafat Hindu, gunung melambangkan alam semesta dengan ketiga bagiannya. Selain itu, gunung merupakan kediaman para Dewa, seperti misalnya gunung Kailasha yang dipercaya sebagai kediaman Dewa Siwa. Selain menyerupai gunung, terdapat bangunan suci Hindu yang memiliki atap bertumpuk-tumpuk, dan di Indonesia dikenal dengan istilah Meru. Meru merupakan lambang dari lapisan alam, mulai dari alam terendah sampai alam tertinggi.
Arsitektur bangunan suci Hindu tidak lepas dari aturan-aturan yang termuat dalam kitab suci. Dalam pembangunan suatu tempat suci Hindu, arsitekturnya harus mengikuti apa yang termuat dalam sastra suci Hindu. Di Indonesia, selain berbentuk candi dan meru, bangunan suci Hindu juga berbentuk gedong dan padmasana.
Dalam bangunan suci Hindu, tidak jarang dijumpai relief atau pahatan, serta patung-patung yang berada di sekeliling areal suatu tempat suci. Umumnya patung-patung tersebut melambangkan Dewa-Dewi yang muncul dalam sastra dan mitologi Hindu. Fungsi berbagai patung dalam bangunan suci Hindu adalah sebagai hiasan atau simbol, karena bukan untuk disembah.

Dewa

Dewa (maskulin) dan Dewi (feminim) adalah keberadaan supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia. Mereka disembah, dianggap suci dan keramat, dan dihormati oleh manusia.
Dewa dianggap berwujud bermacam-macam, biasanya berwujud manusia atau binatang. Mereka hidup abadi. Mereka memiliki kepribadian masing-masing. Mereka memiliki emosi, kecerdasan, seperti layaknya manusia. Beberapa fenomena alam seperti petir, hujan, banjir, badai, dan sebagainya, termasuk keajaiban adalah ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Mereka dapat pula memberi hukuman kepada makhluk yang lebih rendah darinya. Beberapa dewa tidak memiliki kemahakuasaan penuh, sehingga mereka disembah dengan sederhana.
Para makhluk supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia yang berjenis kelamin pria disebut "Dewa", sedangkan "Dewi" adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin wanita.

Etimologi

Kata Dewa muncul dari agama Hindu, yakni dari kata Deva atau Daiwa (bahasa Sanskerta), yang berasal dari kata div, yang berarti sinar. Kata dewa dalam bahasa Inggris sama dengan Deity, berasal dari bahasa Latin deus. Bahasa Latin dies dan divum, mirip dengan bahasa Sanskerta div dan diu, yang berarti langit, sinar (lihat: Dyaus). Kata deva (sinar, langit) sama sekali tidak ada hubungannya dengan kata devil (iblis; setan).
Istilah dewa diidentikkan sebagai makhluk suci yang berkuasa terhadap alam semesta. Meskipun pada aliran politeisme menyebut adanya banyak Tuhan, namun dalam bahasa Indonesia, istilah yang dipakai adalah "Dewa" (contoh: Dewa Zeus, bukan Tuhan Zeus). Biasanya istilah dewa dipakai sebagai kata sandang untuk menyebut penguasa alam semesta yang jamak, bisa dibayangkan dan dilukiskan secara nyata, sedangkan istilah Tuhan dipakai untuk penguasa alam semesta yang maha tunggal dan abstrak, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa dibayangkan.

Hubungan antara Dewa dengan manusia

Para Dewa dipercaya sebagai makhluk yang tak tampak dan tak dapat dijangkau. Mereka hidup di tempat-tempat suci atau tempat-tempat yang jauh dari jangkauan manusia, seperti surga, neraka, di atas langit, di bawah bumi, di lautan yang dalam, di atas puncak gunung tinggi, di hutan belantara, namun dapat berhubungan dengan manusia karena manifestasi atau kekuatan supranaturalnya. Dalam beberapa agama monoteistik, Tuhan dianggap tinggal di surga namun karena kemahakuasaannya beliau juga ada dimana-mana sehingga dapat berhubungan dengan umatnya kapanpun dan dimana pun, namun secara kasat mata. Dalam pandangan umat beragama (monoteistik, politeistik, panteistik) sesungguhnya Tuhan ada dimana-mana, namun untuk memuliakannya Beliau disebuntukan tinggal di surga.
Dalam politeisme, para Dewa digambarkan sebagai makhluk yang memiliki emosi dan wujud seperti manusia, sangat berkuasa, dan antara manusia dan para Dewa ada perbedaan yang sangat menonjol. Para Dewa tinggal di surga sedangkan manusia tinggal di bumi. Karena para Dewa tinggal di surga, maka para Dewa memiliki kekuasaan dan kesaktian untuk mengatur, menghukum atau memberkati umat manusia. Sementara para Dewa berkuasa, maka manusia memujanya dan memberikan persembahan agar dibantu dan diberkati oleh kemahakuasaan-Nya.

Dewa yang tunggal

Dalam agama yang menganut paham monoteisme, Dewa hanya satu dan sebutan Tuhan adalah sebutan yang umum dan layak. Tuhan merupakan sesuatu yang supranatural, menguasai alam semesta, maha kuasa, tidak dapat dibayangkan dan tidak bisa dilukiskan. Agama monoteisme enggan untuk mengakui adanya dewa-dewa karena dianggap sebagai Tuhan tersendiri.
Dalam agama Hindu dan Buddha, meskipun meyakini satu Tuhan, namun ada makhluk yang disebut Dewa yang diyakini di bawah derajat Tuhan. Dalam filsafat Hindu, para Dewa tunduk pada sesuatu yang maha kuasa, yang maha esa, dan yang menciptakan mereka yang disebut Brahman (sebutan Tuhan dalam agama Hindu). Dalam agama Buddha, para Dewa bukanlah makhluk sempurna dan memiliki wewenang untuk mengatur umat manusia. Para Dewa tunduk pada hukum mistik yang mengikat diri mereka pada karma dan samsara.
Dalam hal ini, Tuhan (Allah, Yesus, Brahman, dan sebagainya) adalah sesuatu yang agung dan mulia, tidak bisa disamakan dengan Dewa dan tidak ada yang sederajat dengannya. Meskipun ada agama yang meyakini banyak Dewa (seperti Hindu dan Buddha) namun jika memiliki konsep Ketuhanan yang Maha Esa, para Dewa dianggap sebagai makhluk suci atau malaikat dan tidak sederajat dengan Tuhan.

Pandangan mengenai Dewa-Dewi

Agama Hindu

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/f/fa/Brahma_Vishnu_Mahesh.jpg/240px-Brahma_Vishnu_Mahesh.jpg
Trimurti atau Tritunggal Hindu (tiga perwujudan Tuhan yang utama menurut agama Hindu). Dari kiri ke kanan: Brahma (berkulit merah, berkepala empat); Wisnu (berkulit biru, berlengan empat); dan Siwa (berkulit putih, berlengan empat).
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0d/Re-Horakhty.svg/120px-Re-Horakhty.svg.pngDewa Ra
Dalam tradisi agama Hindu umumnya, para Dewa (atau "Deva", "Daiwa") adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Para Dewa merupakan pengatur kehidupan dan perantara Tuhan dalam berhubungan dengan umatnya. Dewa-Dewi tersebut seperti: Brahma, Wisnu, Siwa, Agni, Baruna, Aswin, Kubera, Indra, Ganesa, Yama, Saraswati, Laksmi, Surya, dan lain-lain.
Karena ditemukan konsep ketuhanan yang maha esa, Dewa-Dewi dalam agama Hindu bukan Tuhan tersendiri. Dewa-Dewi dalam agama Hindu hidup abadi, memiliki kesaktian dan menjadi perantara Tuhan ketika memberikan berkah kepada umatnya. Musuh para Dewa adalah para Asura. Menurut agama Hindu, para Dewa tinggal di suatu tempat yang disebut Swargaloka atau Swarga, suatu tempat di alam semesta yang sangat indah, sering disamakan dengan surga. Penguasa di sana ialah Indra, yang bergelar raja surga, atau pemimpin para Dewa.

Agama Buddha

Dalam agama Buddha, Dewa adalah salah satu makhluk yang tidak setara dengan manusia, memiliki kesaktian, hidup panjang, namun tidak abadi. Agama Buddha mengenal banyak Dewa, namun mereka bukan Tuhan, mereka tidak sempurna dan tidak maha kuasa. Mereka (para Dewa) adalah makhluk yang sedang dalam usaha mencari kesempurnaan hidup.
Para Dewa tidak selalu sama dengan Bodhisattva. Para Dewa masih terikat pada karma dan samsara.

Mesir Kuno

Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak Dewa dan belum menemukan paham Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut kepercayaan Mesir Kuno, para Dewa merupakan makhluk-makhluk yang lebih berkuasa daripada umat manusia dan mengatur aspek-aspek kehidupan umat manusia. Mereka memberkati manusia, melindungi manusia, menghukum manusia, dan mencabut ajal manusia. Dewa-Dewi dalam kepercayaan bangsa Mesir Kuno merupakan penguasa setiap bagian dan unsur alam. Para Dewa merupakan Tuhan tersendiri sesuai dengan kemahakuasaan yang dimilikinya. Para Dewa yang menentukan nasib setiap orang.
Bangsa Mesir Kuno sangat memuliakan Dewa mereka.Tempat memuja para Dewa dan sesuatu yang berkaitan dengan para Dewa (seperti kitab, pusaka, dan kutukan) sangat dikeramatkan. Konon makam-makam para Raja dan kuil-kuil Mesir dilindungi Dewa dan mengandung suatu kutukan bagi orang yang berniat jahat. Pada zaman Mesir Kuno, Dewa yang banyak dipuja dan dianggap sebagai Dewa tertinggi adalah Dewa matahari, Ra (Amon-Ra). Ia merupakan Dewa yang banyak disembah di daratan Mesir. Kuil Abu Simbel didirikan untuk memujanya. Setelah itu, Dewa yang banyak dipuja adalah Osiris, Dewa kehidupan alam, penguasa akhirat. Selain itu, juga ada Anubis, Dewa kegelapan

Mitologi Yunani

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b7/Olympians.jpg/180px-Olympians.jpg
Menurut mitologi Yunani, para Dewa adalah makhluk yang lahir seperti manusia, namun memiliki kemahakuasaan untuk mengatur kehidupan manusia. Mereka mengatur aspek-aspek dalam kehidupan manusia. Mereka tidak pernah sakit dan hidup abadi. Setiap Dewa memiliki kemahakuasaan tersendiri sesuai dengan kepribadiannya.
Nenek moyang para Dewa adalah Chaos. Para Titan adalah anak Gaia, keturunan Chaos. Para Titan melahirkan Dewa-Dewi Yunani, seperti Zeus putera Kronus, yang selanjutnya Zeus melempar para Titan dan akhirnya ia bersama para Dewa yang lain menjadi makhluk yang berkuasa dan mengatur kehidupan manusia.
Menurut mitologi Yunani, para Dewa tidak tinggal di surga, tetapi tinggal di gunung Olympus. Di sana mereka berkumpul dan dipimpin oleh Zeus, raja para Dewa. Sebelum kedatangan agama Kristiani, penduduk Yunani menyembah para Dewa. Mereka membuatkan kuil khusus untuk masing-masing Dewa. Dewa-Dewi yang dipuja tersebut, misalnya: Zeus, Hera, Ares, Poseidon, Aphrodite, Demeter, Apollo, Artemis, Hermes, Athena, Hefestus, Hades, Helios, dan lain-lain.

Mitologi Romawi

Mitologi Romawi hampir sama dengan mitologi Yunani, hanya saja nama dewanya menggunakan nama-nama Romawi. Zeus disebut Jupiter, Hera disebut Juno, Ares disebut Mars, Poseidon disebut Neptunus, Aphrodite disebut Venus, Demeter disebut Ceres, Apollo disebut Cupid, Artemis disebut Diana, Hermes disebut Merkurius, Athena disebut Minerva, Hefestus disebut Vulkan, Hades disebut Pluto, Helios disebut Sol, Saturnus, Uranus, Fortuna, dan lain-lain.

Mitologi Nordik

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f2/Idun_and_the_Apples.jpg/240px-Idun_and_the_Apples.jpg
Dewa-Dewi Nordik hidup abadi dengan memakan buah apel dari Iðunn dan masih punya kesempatan hidup sampai Ragnarok tiba.
Dalam mitologi Nordik, para Dewa merupakan makhluk yang mahakuasa, seperti manusia namun hidup abadi. Mereka bersaudara, beristri dan memiliki anak. Para Dewa dibagi menjadi dua golongan, Æsir dan Vanir. Æsir adalah Dewa-Dewi langit, sedangkan Vanir adalah Dewa-Dewi bumi. Æsir tinggal di Asgard sedangkan Vanir tinggal di Vanaheimr.
Menurut mitologi Nordik, para Dewa tidak terkena penyakit dan tidak terkena dampak dari usia tua. Para Dewa hidup abadi meskipun dapat terbunuh dalam pertempuran. Para Dewa menjaga keabadiannya dengan memakan buah apel dari Iðunn, Dewi kesuburan dan kemudaan. Para Dewa mampu bertahan hidup sampai Ragnarok tiba.

Dewa (Hindu)

Dalam ajaran agama Hindu, Dewa (Devanagari: देव) adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, malaikat, dan manifestasi dari Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam agama Hindu, musuh para Dewa adalah Asura.
Dalam tradisi Hindu umumnya seperti Advaita Vedanta dan Agama Hindu Dharma, Dewa dipandang sebagai manifestasi Brahman dan enggan dipuja sebagai Tuhan tersendiri dan para Dewa setara derajatnya dengan Dewa lain. Namun dalam filsafat Hindu Dvaita, para Dewa tertentu memiliki sekte tertentu pula yang memujanya sebagai Dewa tertinggi. Dalam hal ini, beberapa sekte memiliki paham monotheisme terhadap Dewa tertentu (lihat: Waisnawa).

Etimologi

Kata “dewa” (deva)berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Perancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata).

Dewa dalam Weda

Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebuntukan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah Indra, Agni, Waruna dan Soma. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang Asura.
Menurut ajaran agama Hindu, Para Dewa (misalnya Baruna, Agni, Bayu) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri.
Dalam kitab-kitab Veda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan.
Dalam kitab suci Bhagawad Gita diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara Sri Krishna bersabda:
sa tayā śraddhayā yuktas
tasyārādhanam īhate
labhate ca tatah kaman
mayaiva vihitān hi tān
(Bhagavad Gītā, 7.22)
Arti:
setelah diberi kepercayaan tersebut,
mereka berusaha menyembah Dewa tertentu
dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya
hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.

Beberapa Dewa dan Dewi dalam agama Hindu

*         Agni (Dewa api)
*         Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
*         Brahma (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
*         Candhra (Dewa bulan)
*         Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
*         Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
*         Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
*         Kuwera / Kubera (Dewa kekayaan)
*         Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)
*         Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
*         Shiwa (Dewa pelebur)
*         Sri (Dewi pangan)
*         Surya (Dewa matahari)
*         Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
*         Wayu / Bayu (Dewa angin)
*         Wisnu (Dewa pemelihara, Dewa air)
*         Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)




 

 

 


Bhatara

Bhatara (Devanagari: भटर ; Bhaāra) adalah utusan Brahman (Tuhan) sebagai pelindung umat manusia dalam tradisi Hindu. Bhatara tidak sepenuhnya berarti Dewa karena ada definisi yang berbeda antara Bhatara dengan Dewa. Namun dalam perkembangannya, istilah Bhatara diidentikkan dengan Dewa. Bhatara berjenis kelamin wanita disebut Bhatari.

Pengertian Bhatara

Bhatara berasal dari kata “bhatr” yang berarti pelindung. Bhatara berarti “pelindung". bhatara adalah aktivitas sang hyang widhi sebagai pelindung ciptaanya, karena itu dalam pandangan agama hindu semua hal dialam semesta ini dilindungi oleh sang hyang widhi dengan gelar bhatara. ada begitu banyak nama-nama bhatara sesuai dengan tempat, fungsi dan kedudukannya. sebagaimana dikutip dalam ajaran siwa tatwa dalam agama hindu, sang hyang sapuh jagat apabila beliau menjaga pertigaan, sang hyang catus pata/ catur loka pala berkedudukan di perempatan jalan, sang hyang bairawi berkedudukan di kuburan, sang hyang tri amerta berkedudukan di meja makan. beberapa contoh nama bhatara di atas hanyalah contoh kecil dari sekian banyak nama bhatara yang menandakan sifat sang hyang widhi yang wyapi wyapaka atau ada dimana-mana. jadi' bhatara bukanlah makhluk-makhluk halus atau utusan tuhan melainkan bagian dari tuhan itu sendiri

Perbedaan Bhatara dengan Dewa

Dalam filsafat Hindu Advaita Vedanta, Dewa merupakan sinar suci atau manifestasi dari Brahman. Dalam hal tersebut, para Dewa berbeda dengan Bhatara, karena Dewa merupakan sinar suci Brahman sedangkan Bhatara merupakan aktivitas dari hyang widhi sebagai pelindung. dalam penerapannya di masyarakat hindu nama bhatara lebih dikenal dari istilah dewa, hal ini disebabkan karena manusia pada umumnya menginginkan perlindungan. beberapa contoh perubahan istilah dari dewa menjadi bhatara: dewa brahma = bhatara brahma dewa wisnu = bhatara wisnu dewa siwa = bhatara siwa dewa iswara = bhatara iswara dewa mahadewa = bhatara mahadewa dst.

Pemakaian istilah Bhatara

Dalam tradisi Hindu-Jawa umumnya, dan pada tradisi pewayangan khususnya, istilah Bhatara dipakai untuk merujuk kepada Dewa. Dalam tradisi Agama Hindu Dharma di Bali, istilah Bhatara diucapkan “Bêtarə”, dan disamakan atau bahkan diidentikkan dengan Dewa, karena sama-sama berfungsi sebagai pelindung, contohnya: Bhatara Wisnu, Bhatara Brahma, Batara Kala, dan sebagainya.

Beberapa Bhatara-Bhatari dalam Agama Hindu

Tuhan

Artikel ini adalah mengenai Tuhan dalam konteks monoteisme. Untuk melihat artikel mengenai Tuhan dalam konteks politeisme, lihat Dewa.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d0/Creation_of_the_Sun_and_Moon_face_detail.jpg/240px-Creation_of_the_Sun_and_Moon_face_detail.jpg

Potret Tuhan menurut imajinasi Michelangelo. Dilukis pada abad ke-16.
Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan. Banyak tafsir daripada nama "Tuhan" ini yang bertentangan satu sama lain. Meskipun kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi definisinya lain-lain. Istilah Tuan juga banyak kedekatan makna dengan kata Tuhan, dimana Tuhan juga merupakan majikan atau juragannya alam semesta. Tuhan punya hamba sedangkan Tuan punya sahaya atau budak.
Kata tuhan disebuntukan lebih dari 1000 kali dalam quran[1]

Tuhan atau Dewa?

Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan Dewa. Penganut monoteisme biasanya menolak menggunakan kata Dewa di Indonesia, tetapi sebenarnya hal ini tidaklah berdasar. Sebab di Prasasti Trengganu, prasasti tertua di dalam bahasa Melayu yang ditulis menggunakan Huruf Arab (Huruf Jawi) menyebut Sang Dewata Mulia Raya. Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara Dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politeisme.
Secara filsafat, prestasi dalam pencarian Tuhan biasanya berujung pada penemuan eksistensi Tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan. Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, distinct dan unik.
Absolut itu artinya keberadaanya mutlak bukannya relatif. Hal ini dapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar. Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu relatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisa tahu putih padahal tidak ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidak bisa disangkal adanya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisa disangkal pula adanya kebenaran mutlak itu. Dengan kemutlakannya, ia tidak akan ada yang menyamai atau diperbandingkan dengan yang lain (distinct). Kalau tuhan dapat diperbandingkan tentu tidak mutlak lagi atau menjadi relatif. Karena tidak dapat diperbandingkan maka tuhan bersifat unik, dan hanya ada dia satu-satunya. Kalau ada yang lain, berarti dia tidak lagi distinct dan tidak lagi mutlak.
Dalam gagasan Nietzsche, istilah "Tuhan" juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Sedang Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang ada hanyalah "Kesalahan yang tak-terbantahkan". Karenanya, dia berkata, "Tuhan telah mati".
"Kesalahan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan" tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Sekiranya pemikiran Nietszhe ini dimanfaatkan untuk melanjuntukan proses pencairan Tuhan, maka Tuhan itu suatu eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan tak terbantahkan itu sama saja.
Jadi, persoalan umat manusia dalam proses pencairan Tuhan tiada lain proses penentuan peletakan dirinya kepada (segala) sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan', atau mutlak, atau absolut. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim Ph.D mendefiniskan Tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya (Buku:Kuliah Tauhid).
Perbedaan Tuhan dengan dewa hanya sekedar perbedaan terjemah bahasa, meski masing-masing punya latar belakang perkembangan makna terkait dengan apresiasi masing-masing atas konsepsi Ketuhanannya. Namun secara universal keduanya menunjuk pada eksistensi yang sama, yaitu soal 'Yang Tak Terbantahkan'

Konsekuensi Eksistensi Tuhan

Dengan kemutlakannya, Tuhan tentunya tidak terikat oleh tempat dan waktu. Baginya tidak dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. Tuhan tidak memerlukan tempat, sehingga pertanyaan tentang dimana Tuhan hanya akan membatasi kekuasaannya. Maka baginya tidak ada kapan lahir atau kapan mati.
Manusia dalam mencari Tuhan dengan bekal kemampuan penggunaan akalnya dapat mencapai tingkat eksistensinya. Kemungkinan sejauh ini, kemutlakan Tuhan menyebabkan manusia yang relatif itu tidak dapat menjangkau substansi Tuhan. Dengan demikian informasi tentang substansi Tuhan itu apa, tentunya berasal dari Sang Mutlak atau Tuhan itu sendiri.
Di dunia ini banyak agama yang mengklaim sebagai pembawa pesan Tuhan. Bahkan ada agama yang dibuat manusia (yang relatif) termasuk pembuatan substansi Tuhan itu tentu. Karena banyaknya nama dan ajaran agama yang bervariasi tidak mungkin semuanya benar. Kalau substansi si mutlak ini bervariasi, maka hal itu bertentangan dengan eksistensinya yang unik. Untuk menemukan informasi tentang substansi yang mutlak, yang unik dan yang distinct itu dapat menggunakan uji autentistas sumber informasinya. Terutama terkait dengan informasi Tuhan dalam memperkenalkan dirinya kepada manusia apakah mencerminkan eksistensinya itu.

Tuhan menurut monoteisme tradisi Abraham (Ibrahim)

Istilah umum Tuhan biasa dipakai sebagai sebutan oleh penganut monoteisme. Beberapa istilah untuk Tuhan muncul dari perbedaan bahasa dan tradisi agama. Kedua-dua cabang ini menghasilkan perkembangan arti istilah "Tuhan”".
*       AllahIslam/Arab. Lihat pula 99 Asma Allah .
*       Yehowa atau Yahweh – salah satu istilah yang dipakai Alkitab. Istilah ini berasal dari istilah berbahasa Ibrani tetragrammaton YHVH (יהוה). Nama ini tidak pernah dilafalkan karena dianggap sangat suci, maka cara pengucapan YHVH yang benar tidaklah diketahui. Biasanya yang dilafalkan adalah Adonai yang berarti Tuan.
*       Sang Hyang Tritunggal maha suci yang artinya adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini dipakai sejak Konsili Nicea pada tahun 325 M.

Agama

Question book-new.png
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".[1]. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Beberapa pendapat

1.         Dalam bahasa Sansekerta
a.         Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "tradisi".
b.         Dalam bahasa Sansekerta artinya tidak bergerak (Arthut Mac Donnell).
c.          Agama itu kata bahasa Sansekerta (yaitu bahasa agama Brahma pertama yang berkitab Veda) ialah peraturan menurut konsep Veda (Dr. Muhammad Ghalib).
2.         Dalam bahasa Latin
a.         Agama itu hubungan antara manusia dengan manusia super (Servius)
b.         Agama itu pengakuan dan pemuliaan kepada Tuhan (J. Kramers Jz)
3.         Dalam bahasa Eropa
a.         Agama itu sesuatu yang tidak dapat dicapai hanya dengan tenaga akal dan pendidikan saja (Mc. Muller dan Herbert Spencer).
b.         Agama itu kepercayaan kepada adanya kekuasan mengatur yang bersifat luar biasa, yang pencipta dan pengendali dunia, serta yang telah memberikan kodrat ruhani kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah manusia mati (A.S. Hornby, E.V Gatenby dan Wakefield)
4.         Dalam bahasa Indonesia
a.         Agama itu hubungan manusia dengan Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk suci pula dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu (Drs. Sidi Gazalba).
b.         Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997)
5.         Dalam bahasa Arab
a.         Agama dalam bahasa arab ialah din, yang artinya :
§    taat
§    takut dan setia
§    paksaan
§    tekanan
§    penghambaan
§    perendahan diri
§    pemerintahan
§    kekuasaan
§    siasat
§    balasan
§    adat
§    pengalaman hidup
§    perhitungan amal
§    hujan yang tidak tetap turunnya
§    dll
b.         Sinonim kata din dalam bahasa arab ialah milah. Bedanya, milah lebih memberikan titik berat pada ketetapan, aturan, hukum, tata tertib, atau doktrin dari din itu.
c.           

Definisi

ReligijneSymbole.svg
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.